Calon Rocker Pindah Rumah!

Proses Rekaman Calon Rocker | Step by Step

“Halo teman Calon Rocker!"

Sekarang saya mau menjelaskan langkah demi langkah proses rekaman saya. Ini berarti hanya berfokus pada pembuatan audionya saja, mungkin untuk proses pembuatan videonya bisa kita bahas lain kali.

Software

Software yang saya gunakan adalah GarageBand, karena selain gratis, semua fungsi yang saya butuhkan sudah tersedia di dalamnya. Ini sangat memadai untuk seorang gitaris rumahan seperti saya yang tidak terlalu suka bertemu dengan orang (apalagi untuk bekerja dalam tim).

GarageBand memiliki pilihan drummer, yup… drummer, bukan cuma sampling drum (walaupun sebetulnya sama saja). Di situ ada drummer bernama Andreas, Ian, dan lain-lain. Masing-masing memiliki gaya permainan yang berbeda, dan bisa saya custom. Bahkan bisa saya buat untuk mengikuti permainan rhythm saya.

Dengan built-in midi, saya bisa memainkan berbagai macam suara instrumen, termasuk bass tanpa perlu alat tambahan. Saya bisa memasukkan suara biola dan menggabungkannya dengan suara trompet misalnya. Selain itu saya juga bisa mengimport midi dari luar, jadi saya tidak perlu membuat semuanya dari awal.

Saya tahu pasti ada seorang nyinyir yang akan berkata, “tidak ada feelnya”. Well, sejauh ini saya belum membutuhkan itu, dan saya yakin yang nyinyir itu tidak seproduktif saya. Ya mungkin lebih bagus, tapi bukan itu pertanyaannya. So, let it be.

Cukup soal DAW (Digital Audio Workstation), mari berlanjut ke software yang lain.
Terkadang saya menggunakan Amplitube, Deplike, dan app mobile sejenisnya, hanya untuk bersenang-senang dan mendengarkan hasilnya.

Gear

Senjata utama saya adalah Epiphone Demon V-FX yang memiliki efek internal, namun jarang saya gunakan karena harus menggunakan batere 9V, dan saya terlalu malas untuk membelinya di Indomaret di sebelah rumah saya.

Untuk efek suara, saya menggunakan Zoom Vams GM-200, karena sudah ada built-in amp simulator di dalamnya. Namun saya menggunakan Tubeman Plus untuk suara yang ingin saya modifikasi secara manual. Hasil suara dari Tubeman Plus lebih detail, yang memungkinkan saya untuk mengolahnya lebih jauh. Perbandingan Tubeman Plus vs GM-200 adalah seperti memotret dengan format RAW vs memotret dengan filter Instagram dengan hasil JPEG.

Ada dua gitars lagi, satu adalah Bond Electraglide yang sedang “mati suri” karena power supply yang rusak. Dan satu lagi gitar klasik yang saya simpan di gudang. Kenapa saya simpan di gudang? Sebab kalau saya simpan di depan rumah nanti dicuri orang.

Proses Rekaman

Untuk awalnya, saya membuat sebuah komposisi sederhana, yang kemudian saya isi dengan bass, dan diikuti dengan pembuatan drum dasar.

Saya ingin sekali diakui sebagai seorang rhythmist, dan passion saya sangat besar untuk bagian ini. Jadi, kalau gitaris lain mungkin melakukan punch-in/out untuk bagian lead guitar, saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk track rhythm guitar.

Seringkali saya membuat “easter egg” dalam permainan rhythm saya, yang mungkin hanya kuping yang terlatih yang bisa menemukannya. Sebagai hint, saya membuat chord D7 dengan cara memainkan nada 1-7 di track pertama channel kiri, dan not 3-5 di channel kanannya. Atau bahkan di track yang lainnya. Intinya, saya sangat bersenang-senang di bagian ini.

Setelah itu, baru saya isi track lead guitar kalau saya sedang mood, dan kemudian memodifikasi track drum agar lebih menyatu dengan permainan rhythm saya.

Konklusi

Nah, begitulah proses rekaman Calon Rocker, semoga bisa membantu kamu yang membacanya.
Saya Calon Rocker, out!








Comments