Calon Rocker Pindah Rumah!

Kenapa Pendidikan Tidak (Boleh) Gratis?

Kenapa Pendidikan Tidak (Boleh) Gratis?

Saya yakin banyak yang tidak setuju dengan pertanyaan saya. Itulah letak lucunya! Kita seringkali merespon sebuah pertanyaan bukan dengan jawaban, melainkan dengan argumen.
Tentu sah-sah saja untuk berargumen, tetapi bukankah sebuah pertanyaan itu dilontarkan untuk mendapatkan jawaban? Nah, saya malah sudah mengajukan pertanyaan kedua sekarang, padahal yang pertama belum terjawab.

Jadi begini, saya akan bercerita sedikit tentang pengalaman kenalan saya (kita sebut aja ES) yang rajin sekali mengunggah videonya bermain gitar ke sosial media disertai dengan penjelasan tentang apa yang dimainkannya. Menurut saya, di luar cemoohan dia mau pamer atau apalah, intinya adalah... dia sudah berbagi dengan GRATIS.

Lalu ini terjadi! Tidak disangka! Akhirnya terungkap (ala-ala clickbait)!

Ada satu orang, yang entah karena kurang cerdas, kebanyakan quota, atau asal nyeplos bilang begini (awal mula percakapannya sih saya sudah lupa), "Bang, jangan pelit ilmu! Ilmu itu titipan Allah. berbagi itu adalah blablabla...".

Dan Sang ES menjawab, "Percuma dibikin gratis. Saya pernah bikin wadah gratis, yang ada pada ogah-ogahan, pada gak hadir dll".

Dan pada poin ini saya sangat setuju dengan realita yang diutarakan ES tadi!

Ini Analogi Dangkal Versi Saya

Anggaplah di skenario A, pemerintah memberikan layanan transportasi gratis yang bisa dipakai siapa saja, ke mana saja, dan kapan saja. Lalu satu kampung A mau berjalan-jalan ke Bikini Bottom, yang kebetulan gratis juga. Saya berani bertaruh, satu kampung itu akan lama sekali menentukan kapan mau berangkat ke Bikini Bottom. 
Ya, kecuali kalau sekampung itu pegawai Krusty Krab!
Sementara, di skenario B, hanya salah satu yang gratis. Bisa transportasinya yang bayar tapi tiket masuk Bikini Bottom gratis di tanggal tertentu. Atau transportasi hanya gratis di hari tertentu, tapi tiket masuk Bikini Bottom yang bayar. Saya yakin sekali kata sepakat untuk ke Bikini Bottom akan lebih cepat ditentukan. Malah bisa-bisa, penduduk kampung yang berhalangan ditinggal saja.

Kenapa Bisa Begitu?

Sederhana, karena orang lebih menghargai haknya bila mereka merasa sudah memenuhi kewajibannya. Merasa sudah membayar, masa gak datang? Rugi dong! Begitu pula di aspek kehidupan lainnya, seorang client yang sudah merasa meberikan down payment akan lebih bawel daripada yang bayar setelah selesai.

Dan bukan hanya itu alasannya! Karena pendidikan memang butuh biaya. Halooo... kalian pikir guru-guru yang mengajar gratis di pelosok-pelosok dunia yang mungkin belum kenal huruf itu betul-betul gratis? Tidak! Kalian pikir mereka, para guru itu makan apa? Makan doa dan like yang kalian kirim dari facebook? Duh!

Lalu Dari Mana Modal Untuk Mendukung "Kegratisan" Itu?

Sudah ada badan khusus yang mengurus itu, baik yang dikelola oleh negara, maupun swasta. Silahkan cek betapa banyak Yayasan atau Foundation yang mewadahi sebuah kebutuhan. Misalnya, kebutuhan pendidikan, perlindungan korban bullying, sampai hal-hal yang tak terpikirkan oleh kalian.

Honor mereka mungkin tidak sebesar para guru yang berada di kota besar, tapi kalau itu adalah panggilan hati mereka... percayalah, mereka lebih bahagia daripada para guru di kota besar yang harus ngedumel setiap hari di perjalanan menuju dan dari tempat mereka mengajar.

Dan coba bayangkan, bagaimana mungkin ilmuwan melakukan riset, atau arkeolog melakukan penggalian tanpa ada modal?

Dan itu pulalah yang membuat saya merasa bahagia bisa mengajak kalian menukarkan uang kalian dengan buku yang saya terbitkan melalui iBooks ini. Banyak cerita menarik di sana, dan akan terus saya update. Silahkan klik di sini untuk membeli, atau klik iklan iBooks yang ada di sekitar web ini.

Jadi? Semua Ini Untuk Berjualan Buku?

Hmmm... separuh benar. Sebetulnya saya juga menerima traktiran Kopi dan melayani request spesial melalui Patreon.

Tapi, setidaknya saya membuktikan dua hal di sini:
  1. Fakta bahwa pendidikan tidak boleh gratis.
  2. Fakta bahwa saya memiliki kemampuan menulis yang cukup persuasif. Jadi bisa dijamin kualitas tulisan saya di buku itu tidak akan mengecewakan.
Saya Calon Rocker, undur diri!





Comments