Calon Rocker Pindah Rumah!

Dilecehkan Sebagai Gitaris? Dengarkan Ini! 5 Stages of Grief As A Guitarist | Audiobook





Halo teman Calon Rocker!

Sekarang kita bakal bahas tentang 5 Tahap Kesedihan.

Apakah ada yang mengatakan kepada lo bahwa lo gak akan pernah berhasil menjadi gitaris kelas dunia legendaris?

Bahkan jika lo benar-benar menyadari bahwa itu adalah kenyataan, dan pada awalnya hanya mengabaikannya, tetapi suatu hari lo akan mengalami frustrasi.

Dan lo akan memasuki lima tahap kesedihan:

1. Penyangkalan.
2. Kemarahan.
3. Tawar-menawar.
4. Depresi.
5. Penerimaan.

Gw pertama kali menemukan istilah 5 tahap kesedihan ketika Gw menonton Heroes, serial TV pada tahun 2000-an.

Nomor satu. Penyangkalan.

Pada tahap ini, lo akan terus berkata kepada diri sendiri, "Gw kan masih muda, gak usah buru-buru, suatu hari mungkin Gw akan menjadi gitaris kelas dunia yang legendaris."

Setelah itu, hidup terasa hampa. 

Lo berpikir, jika lo tetap bermain gitar, mungkinkah impian lo menjadi kenyataan? Dan jika lo gak bermain gitar, bukankah impian lo gak akan terwujud? Lo kesal dan selalu berusaha mengatasi kesedihan setiap hari. Penyangkalan membantu lo untuk mencerna perasaan sedih lo.

Ada hikmah dari penyangkalan. 

Penyangkalan membuat lo sadar akan keterbatasan lo. Ketika lo menerima kenyataan bahwa sulit untuk menjadi gitaris kelas dunia dan mulai bertanya pada diri sendiri, lo secara gak sadar memulai proses penyembuhan. Lo menjadi lebih kuat, dan penyangkalan mulai memudar.

Tetapi kemudian, semua perasaan yang lo tolak mulai muncul ke permukaan.

Cepat atau lambat lo akan sampai ke nomor dua, yaitu Amarah.


Kemarahan adalah tahap penting dari proses penyembuhan. Anggap saja seperti bisul yang gak akan sembuh sebelum dia meledak.

Semakin Lo mengekspresikan kemarahan Lo, semakin cepat Lo terlepas dari kesedihan. Ada banyak emosi lain selain amarah dan lo akan sampai ke emosi itu pada waktunya. Kemarahan adalah kekuatan dan bisa menjadi pegangan, memberikan struktur sementara pada perasaan frustasi, karena merasa impian menjadi gitaris kelas dunia mungkin memang terlalu tinggi. 

Di awal kesedihan, Lo merasakan gak punya siapa-siapa, gak ada yang memperhatikan. Kemarahan mengembalikan Lo ke dunia nyata, membuat koneksi ke alam nyata dengan cara mencari seseorang atau sesuatu untuk menjadi sasaran kemarahanmu.

Lo bisa menyalahkan gitar Lo yang necknya bengkok, koneksi internet Lo yang lemot sehingga jarang menonton channel Calon Rocker, atau bahkan menyalahkan mereka yang bilang bahwa Lo gak bisa jadi gitaris dunia.

Nomor Tiga: Tawar-menawar.

Lo merasa relain banyak hal atau sudah berkorban sebelum ada yang bilang Lo gak bakal jadi gitaris kelas dunia. 

Setelah ada yang bilang begitu, tawar-menawar membuka persepektif baru:

“Bagaimana kalau Gw berlatih gitar dengan volume lebih kecil sehingga gak ada yang tahu seberapa sering Gw membuat kesalahan ketika berlatih? ”

Lalu Lo mulai menerka-nerka, "bagaimana kalau...", dan "seandainya saja...", bahkan mungkin "barangkali kalau...".

Lo ingin kembali ke masa lalu: Menghindari perkenalan dengan si kampret itu, belajar gitar lebih giat, lebih rajin nonton channel YouTube Calon Rocker, dan gak lupa klik loncengnya.

Kabar baiknya adalah, tawar menawar seringkali memberikan lo solusi pada masalah lo.  Ya misalnya, unfriend aja kampret itu di semua media sosial, sehingga dia gak lagi bisa kasih lo komentar aneh-aneh. Lo bahkan bisa tawar-menawar dengan rasa sakit. Lo akan melakukan apa saja untuk gak merasakan rasa sakit dari trauma kata-kata si kampret itu. Lo anggap aja si kampret itu gak pernah ngomenin lo aneh-aneh.

Empat, Depresi

Setelah melalui tahap tawar menawar, lo kembali ke masa kini. Lo merasa hampa, dan lo bahkan menjadi lebih galau dari sebelumnya. Di tahap ini, waktu akan terasa sangat l... a... m... b... a... t.

Ingat ya, mengalami depresi di saat seperti ini bukan bararti Lo memiliki gangguan mental. Itu adalah perwujudan dari kekecewaan Lo yang besar. 

Lo menarik diri dari kehidupan, menerawang, berpikir, “Apakah ada gunanya Gw terus bermain gitar? Dan kalau terus bermain gitar, apakah cita-cita Gw menjadi gitaris kelas dunia akan tercapai? Apakah gw ditakdirkan untuk menjadi gitaris?”.

Pertanyaan pertama dan sebenarnya untuk ditanyakan pada diri sendiri adalah, "apakah perkataan si kampret itu benar-benar perlu untuk ditanggapi selebay itu?"

Lima. Penerimaan.

Penerimaan sering rancu dengan "baik-baik saja" atau “memaklumi” apa yang telah terjadi.
Ini salah!
Tahap ini adalah tentang menerima kenyataan bahwa kata-kata "lo gak akan pernah menjadi gitaris kelas dunia" telah dikatakan.

Lo gak akan pernah menyukai kenyataan ini atau membuatnya oke, tetapi akhirnya, Lo menerimanya. Lo akan belajar untuk hidup dengan kenyataan bahwa lo pernah dikatain begitu. Lo harus mencoba untuk hidup sekarang dengan kalimat yang melekat di kepalamu.

Pada saatnya, melalui penerimaan, bagaimanapun, Lo melihat bahwa Lo gak dapat hidup di masa lalu dan harus move on dan mentolerir si kampret itu. Lo harus belajar untuk mengatur kembali peran, memindahkan peran itu ke orang lain atau memerankannya sendiri.

Lo bahkan mungkin menjauh dari gitar dan menemukan hobi baru untuk sementara waktu.

Ketika Lo mulai hidup kembali dan menikmati hidup Lo, Lo sering merasa bahwa dalam melakukannya, Lo mengkhianati panggilan jiwamu, yaitu bermain gitar.

Tapi, percayalah, Lo gak berkhianat!

Daripada menyangkal perasaan Lo, mendingan Lo memikirkan kebutuhan Lo: Lo melanjutkan, Lo berubah, Lo sedang berkembang, diupgrade.

Percayalah, karena perkataan ini datang dari Gw, Calon Rocker, yang gak pernah menyentuh gitar Gw selama 15 tahun, dan baru saja memulai kembali pada bulan April 2018 dengan semangat baru, tujuan baru, kehidupan baru, 

Gw yang baru!

Gw Calon Rocker, out!

























































































































































































Comments